Senin, 05 November 2012

Alkitab Mengubah Kehidupan

Alkitab Mengubah Kehidupan


BAGAIMANA seorang wanita muda yang tidak peduli kepada Allah dan menikmati karier yang menjanjikan menemukan tujuan hidup yang sebenarnya? Apa yang dipelajari seorang pemuda Katolik tentang kematian, yang mengubah jalan hidupnya? Dan, bagaimana seorang pemuda yang kecewa dengan kehidupan belajar tentang Allah, sehingga tergerak menjadi rohaniwan Kristen? Bacalah penuturan mereka.

”Saya Selalu Bertanya-tanya, ’Untuk Apa Kita Hidup?’”​—ROSALIND JOHN

  • LAHIR: 1963
  • NEGERI ASAL: INGGRIS
  • RIWAYAT: MENIKMATI KARIER BERGENGSI

MASA LALU SAYA:

 Saya lahir di Croydon, London Selatan, anak keenam dari sembilan bersaudara. Orang tua saya berasal dari Pulau St. Vincent di Karibia. Ibu anggota gereja Metodis. Saya tidak berminat untuk belajar tentang Allah, walaupun saya suka sekali belajar. Selama liburan sekolah, saya biasanya pergi ke danau terdekat, kemudian membaca banyak buku yang saya pinjam dari perpustakaan.

Beberapa tahun setelah saya tamat sekolah, timbul keinginan untuk membantu orang-orang yang kurang beruntung. Saya mulai bekerja membantu kaum tunawisma, orang cacat, dan penderita ketidaksanggupan belajar. Saya kemudian kuliah mengambil jurusan ilmu kesehatan. Setelah lulus, saya ternyata menikmati berbagai jabatan yang bergengsi, dan kehidupan saya semakin mewah. Sebagai peneliti sosial dan konsultan lepasan di bidang manajemen, saya hanya butuh laptop dan koneksi Internet untuk bekerja. Saya sering pergi ke luar negeri selama beberapa minggu, menginap di hotel favorit, menikmati alam yang indah, dan menggunakan fasilitas spa dan gym agar tetap bugar. Saya pikir, saya benar-benar menikmati hidup. Tetapi, saya selalu prihatin melihat orang-orang yang tertindas.

BAGAIMANA ALKITAB MENGUBAH KEHIDUPAN SAYA:

Saya selalu bertanya-tanya, ’Untuk apa kita hidup, dan apa makna hidup ini?’ Tetapi, saya tidak pernah mencari jawabannya dari Alkitab. Suatu hari pada 1999, adik saya, Margaret, yang telah menjadi seorang Saksi Yehuwa, datang berkunjung dengan teman Saksinya, yang menunjukkan minat pribadi kepada saya. Entah mengapa, saya setuju untuk belajar Alkitab dengan teman adik saya. Tetapi, kemajuan saya sangat lambat, karena karier dan gaya hidup saya menyita banyak sekali waktu.
Pada musim panas 2002, saya pindah ke bagian barat daya Inggris. Di sana, saya mengambil program pascasarjana jurusan penelitian sosial, dengan tujuan utama untuk meraih gelar doktor. Saya mulai rutin menghadiri pertemuan ibadat di Balai Kerajaan dengan putra saya yang masih kecil. Walau saya menikmati pendidikan tinggi, mempelajari Alkitab membantu saya lebih memahami problem kehidupan dan solusinya. Saya menyadari kebenaran Matius 6:24, yang  mengatakan bahwa kita tidak bisa melayani dua majikan. Saya harus memilih antara Allah atau kekayaan. Saya sadar, saya harus membuat prioritas dalam kehidupan.
Pada tahun sebelumnya, saya sering menghadiri pembahasan Alkitab bersama sekelompok Saksi yang mempelajari buku Apakah Ada Pencipta yang Mempedulikan Anda? * Saya pun yakin bahwa hanya Pencipta kita, Yehuwa, yang memiliki solusi atas problem umat manusia. Sedangkan di universitas, saya diajar bahwa kehidupan yang bermakna bisa diperoleh tanpa memercayai Pencipta. Saya sangat marah. Setelah dua bulan, saya berhenti kuliah dan memutuskan untuk memberikan lebih banyak waktu pada hal-hal rohani.
Ayat yang memotivasi saya untuk mengubah gaya hidup adalah Amsal 3:5, 6, ”Percayalah kepada Yehuwa dengan segenap hatimu dan jangan bersandar pada pengertianmu sendiri. Dalam segala jalanmu, berikanlah perhatian kepadanya, dan ia akan meluruskan jalan-jalanmu.” Belajar tentang Allah kita yang pengasih lebih memuaskan daripada kekayaan materi atau status sebagai doktor. Semakin saya belajar tentang tujuan Yehuwa atas bumi dan peranan Yesus yang mengorbankan kehidupannya bagi kita, semakin saya ingin membaktikan kehidupan kepada Pencipta. Saya dibaptis pada April 2003. Setelah itu, saya perlahan-lahan menyederhanakan hidup saya.

MANFAAT YANG SAYA PEROLEH:

 Persahabatan saya dengan Yehuwa sungguh tak ternilai. Saya menikmati kedamaian batin dan kebahagiaan yang sesungguhnya karena mengenal Dia. Bergaul dengan sesama penyembah Allah juga memberi saya banyak sukacita.
Rasa haus akan pengetahuan yang saya miliki terus dipuaskan melalui apa yang saya pelajari dari Alkitab dan dari pertemuan Kristen. Saya senang menceritakan iman saya kepada orang lain. Ini telah menjadi karier saya, yang benar-benar bisa membantu orang lain, untuk menikmati kehidupan yang lebih baik sekarang dan juga memiliki harapan menakjubkan untuk hidup di dunia baru. Sejak Juni 2008, saya menjadi penginjil sepenuh waktu dan merasa lebih bahagia dan puas. Saya telah menemukan tujuan hidup yang sebenarnya, dan untuk itu saya sangat bersyukur kepada Yehuwa.

 ”Saya Amat Terpukul dengan Kematian Sahabat Saya.”​—ROMAN IRNESBERGER

  • LAHIR: 1973
  • NEGERI ASAL: AUSTRIA
  • RIWAYAT: PEJUDI

MASA LALU SAYA:

 Saya dibesarkan di Braunau, sebuah kota kecil di Austria. Daerahnya makmur dan tingkat kejahatannya rendah. Keluarga saya penganut Katolik dan saya dibesarkan dalam agama itu.
Suatu kejadian ketika saya masih kecil sangat memengaruhi saya. Pada 1984, saat berumur 11 tahun, saya bermain bola dengan sahabat saya. Siangnya, ia  mati tertabrak mobil. Saya amat terpukul dengan kematian sahabat saya. Bertahun-tahun setelah itu, saya masih bertanya-tanya bagaimana keadaan orang mati.
Setamat sekolah, saya bekerja sebagai tukang listrik. Walau saya menjadi pejudi kambuhan dan mempertaruhkan banyak uang, saya tidak memiliki masalah keuangan. Saya juga menghabiskan banyak waktu untuk berolahraga dan menjadi penggemar musik heavy metaldan punk rock. Saya hobi keluar masuk diskotik dan berpesta. Hidup saya berpusat pada kesenangan dan amoral, tetapi saya merasa hampa.

BAGAIMANA ALKITAB MENGUBAH KEHIDUPAN SAYA:

Pada 1995, seorang Saksi lansia mengetuk pintu rumah saya dan menawarkan buku yang membahas jawaban Alkitab atas pertanyaan, Bagaimana keadaan orang mati? Kematian tragis sahabat saya sewaktu kecil masih menghantui saya, jadi saya mengambil buku itu. Saya tidak hanya membaca pasal tentang kematian, tetapi seluruh buku!
Apa yang saya baca menjawab pertanyaan saya tentang kematian. Tetapi, saya belajar lebih banyak lagi. Karena dibesarkan sebagai orang Katolik, iman saya berpusat pada Yesus. Tetapi, pelajaran Alkitab yang teliti membantu saya mengembangkan persahabatan dengan Bapak dari Yesus, Allah Yehuwa. Saya terkagum-kagum karena mengetahui bahwa Yehuwa tidak menutup diri dan dingin, tetapi menyingkapkan diri-Nya dengan jelas kepada mereka yang mencari-Nya. (Matius 7:7-11) Yehuwa juga punya perasaan. Dan, Ia selalu menepati perkataan-Nya. Hal itu membuat saya sangat berminat akan nubuat Alkitab dan mencari tahu penggenapannya. Apa yang saya temukan menguatkan iman saya kepada Allah.
Saya segera menyadari bahwa hanya Saksi-Saksi Yehuwa yang benar-benar ingin membantu orang memahami Alkitab. Saya memerhatikan ayat-ayat yang tercantum dalam publikasi para Saksi dan membukanya dalam Alkitab Katolik saya. Semakin saya menelitinya, semakin saya yakin bahwa saya telah menemukan kebenaran.
Dengan belajar Alkitab, saya mengerti bahwa Yehuwa mengharapkan saya untuk hidup menurut standar-Nya. Dari apa yang saya baca diEfesus 4:22-24, saya mengerti bahwa saya harus membuang ”kepribadian lama”, yang terbentuk karena ”haluan tingkah laku [saya] yang dahulu” dan bahwa saya harus ”mengenakan kepribadian baru yang diciptakan menurut kehendak Allah”. Jadi, saya meninggalkan gaya hidup yang amoral. Saya juga melihat perlunya berhenti berjudi, karena kebiasaan itu membuat orang menjadi materialistis dan tamak. (1 Korintus 6:9, 10) Saya tahu bahwa untuk membuat perubahan-perubahan tadi, saya harus berhenti bergaul dengan teman-teman lama saya dan mencari teman baru yang memiliki standar yang sama.
Membuat perubahan-perubahan tersebut tidaklah mudah. Tetapi, saya mulai menghadiri pertemuan ibadat para Saksi di Balai Kerajaan dan mulai mendapat teman baru di sidang setempat. Saya juga terus menyelidiki Alkitab secara pribadi. Itu semua mengubah selera musik serta tujuan hidup saya, dan saya tergerak untuk merapikan penampilan. Pada 1995, saya dibaptis sebagai seorang Saksi Yehuwa.

MANFAAT YANG SAYA PEROLEH:

 Kini saya memiliki pandangan yang seimbang soal uang dan harta materi. Saya tadinya cepat marah,  tetapi sekarang tidak lagi. Saya juga tidak lagi terlalu khawatir akan masa depan.
Saya senang menjadi bagian dari organisasi internasional yang melayani Yehuwa. Di sana, saya melihat orang-orang yang bergelut dengan masalah tetapi tetap setia melayani Allah. Sekarang saya bahagia karena tidak lagi menggunakan seluruh waktu dan energi untuk memuaskan diri sendiri, tetapi untuk menyembah Yehuwa dan berbuat baik bagi orang lain.

 ”Akhirnya, Hidup Saya Bertujuan.”​—IAN KING

  • LAHIR: 1963
  • NEGERI ASAL: INGGRIS
  • RIWAYAT: KECEWA DENGAN KEHIDUPAN

MASA LALU SAYA:

 Saya lahir di Inggris, tetapi sewaktu saya berusia kira-kira tujuh tahun, keluarga saya pindah ke Australia. Kami menetap di Gold Coast, sebuah daerah tujuan wisata di Queensland, Australia. Walaupun keluarga kami tidak kaya, kebutuhan kami selalu terpenuhi.
Walaupun dibesarkan dalam keadaan yang nyaman, saya tidak pernah benar-benar bahagia. Saya pun kecewa dengan kehidupan. Ayah saya peminum berat. Saya tidak begitu menyayangi dia, terutama karena kebiasaan minum-minumnya dan cara ia memperlakukan Ibu. Baru belakangan, setelah saya tahu apa yang ia alami sewaktu menjadi tentara di Malaya, saya mulai dapat memahami mengapa ia bertindak seperti itu.
Saya mulai terbiasa minum-minum semasa SMA. Pada usia 16, saya keluar dari sekolah dan bergabung dengan angkatan laut. Saya mulai mencoba-coba narkoba dan kecanduan rokok. Saya juga menjadi semakin bergantung pada alkohol. Tadinya, saya hanya minum-minum pada akhir pekan, tetapi kemudian setiap hari.
Menjelang usia 20-an, saya mulai mempertanyakan adanya Allah. ’Kalau Allah memang ada,’ pikir saya, ’mengapa Ia membiarkan orang-orang menderita dan mati?’ Saya bahkan menulis puisi yang isinya menyalahkan Allah atas semua kejahatan di dunia.
Saya keluar dari angkatan laut pada usia 23. Saya mencoba berbagai pekerjaan, dan bahkan pergi ke luar negeri selama setahun, namun saya tetap merasa hampa. Saya tidak berniat untuk menetapkan cita-cita atau meraih apa pun. Tidak ada yang benar-benar menarik bagi saya. Prospek untuk memiliki rumah, memiliki pekerjaan yang mapan, dan menerima kenaikan jabatan kelihatannya tidak ada artinya. Yang menjadi ”hiburan” saya hanyalah menenggak minuman keras dan mendengarkan musik.
Saya dapat mengingat kapan persisnya saya ingin sekali menemukan tujuan hidup. Saya sedang ada di Polandia, mengunjungi kamp konsentrasi yang terkenal di Auschwitz. Saya telah membaca tentang kekejaman yang terjadi di sana. Tetapi, ketika saya berdiri di sana dan melihat betapa besarnya kamp itu, perasaan saya  campur aduk. Saya tidak bisa mengerti mengapa manusia bisa begitu kejam terhadap sesamanya. Sambil berjalan mengelilingi kamp, saya menangis dan bertanya, ’Mengapa?’

BAGAIMANA ALKITAB MENGUBAH KEHIDUPAN SAYA:

Pada 1993, setelah kembali dari luar negeri, saya mulai membaca Alkitab untuk mencari jawaban. Tidak lama setelah itu, sepasang Saksi-Saksi Yehuwa mengetuk pintu rumah saya dan mengundang saya ke kebaktian yang diadakan di stadion dekat rumah. Saya memutuskan untuk datang.
Beberapa bulan sebelumnya, saya menonton pertandingan di stadion itu, tetapi suasana kebaktian ini sangat berbeda. Para Saksi sopan serta berpakaian rapi, dan anak-anak mereka tertib. Dan, apa yang saya lihat pada jam makan siang membuat saya terpukau. Ratusan Saksi makan di lapangan, tetapi ketika mereka kembali ke tempat duduk, tidak ada satu sampah pun yang tertinggal di lapangan! Yang terutama, mereka sepertinya puas dan damai​—perasaan yang sangat saya dambakan. Saya tidak ingat satu pun khotbah di hari itu, tetapi tingkah laku para Saksi memberikan kesan yang mendalam.
Malam itu, saya teringat pada sepupu saya yang suka membaca Alkitab dan mempelajari berbagai agama. Beberapa tahun sebelumnya, ia memberi tahu saya kalau Yesus mengatakan bahwa kita bisa mengenal agama yang benar dari buah-buahnya. (Matius 7:15-20) Saya pikir setidaknya saya harus mencari tahu apa yang membuat Saksi-Saksi Yehuwa sangat berbeda. Untuk pertama kalinya dalam hidup, saya merasakan sepercik optimisme dan harapan.
Minggu berikutnya, dua Saksi yang mengundang saya ke kebaktian datang lagi. Mereka menawarkan pelajaran Alkitab, dan saya menerimanya. Saya juga mulai pergi ke pertemuan Kristen bersama mereka.
Seraya saya belajar Alkitab, pandangan saya tentang Allah sama sekali berubah. Saya belajar kalau Ia bukanlah penyebab kejahatan dan penderitaan dan bahwa hati-Nya sakit ketika orang berbuat jahat. (Kejadian 6:6; Mazmur 78:40, 41) Saya pun bertekad untuk tidak pernah menyakiti Yehuwa. Saya mau membuat hati-Nya bersukacita. (Amsal 27:11) Saya berhenti minum berlebihan dan merokok, dan saya tidak lagi hidup amoral. Pada Maret 1994, saya dibaptis sebagai seorang Saksi Yehuwa.

MANFAAT YANG SAYA PEROLEH:

 Saya sungguh-sungguh bahagia dan puas. Saya tidak lagi menjadikan alkohol pelarian dari masalah-masalah saya. Sebaliknya, saya belajar untuk melemparkan beban saya kepada Yehuwa.​—Mazmur 55:22.
Saya telah menikah selama sepuluh tahun dengan seorang Saksi yang cantik bernama Karen, dan saya memiliki seorang anak tiri yang sangat baik bernama Nella. Kami bertiga senang menggunakan banyak waktu dalam pelayanan Kristen, membantu orang-orang belajar kebenaran tentang Allah. Akhirnya, hidup saya bertujuan.


sumber:jw.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar