Minggu, 20 Januari 2013

apakah kita akan selalu membutuhkan bala tentara ?




 


BALA TENTARA telah menelan banyak sumber daya manusia dan menghancurkan cukup banyak kebahagiaan manusia. Oleh karena itu, sebagian orang bertanya-tanya, ’Apakah umat manusia akan dapat mencapai suatu taraf keamanan dunia tertentu sehingga tidak diperlukan lagi bala tentara?’ Terlebih lagi sekarang dengan tersedianya senjata-senjata pembinasa massal yang dapat memusnahkan segala jenis kehidupan, pertanyaan tadi semakin mendesak. Seberapa realistiskah harapan akan suatu dunia tanpa bala tentara?

Sejumlah preseden membuktikan bahwa saat hubungan internasional yang baik menghasilkan keyakinan, itu dapat menghasilkan perlucutan senjata. Persahabatan antara Kanada dan Amerika Serikat, misalnya, memungkinkan perbatasan kedua negara itu sepanjang 5.000 kilometer tidak dijaga oleh angkatan bersenjata selama lebih dari satu setengah abad. Norwegia dan Swedia telah mencapai kesepakatan serupa, demikian pula dengan banyak negara lainnya. Dapatkah persetujuan antara semua bangsa menghasilkan suatu dunia tanpa bala tentara? Dengan adanya kengerian Perang Dunia I, gagasan ini semakin populer dibandingkan dengan sebelumnya.

Ketika perdamaian terwujud pada tahun 1918, salah satu tujuan perjanjian damai Versailles adalah ”untuk memungkinkan dimulainya pembatasan umum persenjataan segala bangsa”. Pada tahun-tahun berikutnya, pasifisme (sikap antiperang) menjadi populer. Beberapa pendukungnya berteori bahwa perang merupakan perkara terburuk yang dapat menimpa suatu negara, bahkan lebih buruk daripada menderita kekalahan. Para penentang pasifisme tidak sependapat, mengajukan bukti bahwa selama berabad-abad, orang-orang Yahudi di wilayah-wilayah yang luas tidak banyak mengadakan perlawanan bersenjata untuk menghalau penyerang, namun upaya-upaya kejam untuk membinasakan mereka terus saja berlanjut. Orang-orang Afrika tidak punya banyak kesempatan untuk melawan pihak-pihak yang membawa mereka sebagai budak ke Amerika, namun mereka tetap saja menerima perlakuan buruk yang sangat kejam selama berabad-abad.

Akan tetapi, dengan pecahnya Perang Dunia II, banyak penganut pasifisme menyimpulkan bahwa negara-negara membutuhkan perlindungan. Jadi, ketika Perserikatan Bangsa-Bangsa didirikan seusai Perang Dunia II, yang banyak ditandaskan bukannya perlucutan senjata, melainkan kerja sama internasional untuk mencegah agresi. Para anggotanya berharap agar dengan demikian, keamanan yang terwujud akan memberikan keyakinan pada bangsa-bangsa untuk mengurangi persenjataannya.

Ada problem lain yang semakin jelas. Sering kali, upaya-upaya suatu bangsa untuk meningkatkan keamanannya membuat negara tetangganya merasa tidak aman. Lingkaran setan ini mengarah pada perlombaan senjata. Tetapi, belum lama ini, hubungan yang membaik antara bangsa-bangsa besar telah menguatkan harapan akan perlucutan senjata. Akan tetapi, sejak itu, Perang Teluk dan kerusuhan di bekas Yugoslavia telah mengandaskan harapan banyak pihak. Sekitar lima tahun yang lalu, majalah Time berkomentar, ”Meskipun perang dingin telah usai, dunia telah menjadi tempat yang semakin berbahaya, bukan semakin aman.”

Hasrat
untuk Memiliki ”Polisi” Internasional

Banyak pengamat menyimpulkan bahwa dunia ini membutuhkan pihak berwenang tunggal yang didukung oleh angkatan bersenjata yang tangguh untuk melindungi setiap orang. Karena Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun kekuatan-kekuatan militer terkemuka di dunia ini tidak dapat mewujudkan hal itu, beberapa pihak merasa bahwa masa depan tidak banyak menjanjikan harapan. Tetapi, jika saudara menerima Alkitab sebagai Firman Allah, saudara mungkin bertanya-tanya apakah Allah yang Mahakuasa akan memenuhi kebutuhan mendesak ini.

Apakah Pribadi yang Alkitab sebut sebagai ”Allah kasih dan kedamaian” akan menggunakan kekuatan militer untuk menegakkan keadilan? Jika memang demikian, bala tentara manakah itu? Banyak dari antara bala tentara dewasa ini mengaku didukung oleh Allah, namun apa betul mereka melaksanakan kehendak Allah? Atau, apakah Allah mempunyai cara lain untuk bertindak dan menyediakan perdamaian dan keamanan?—2 Korintus 13:11.

Allah yang Mahakuasa menangani kasus pemberontakan pertama dengan mengusir Adam dan Hawa dari Eden dan menempatkan kerub-kerub untuk mencegah mereka masuk kembali. Allah juga mengumumkan maksud-tujuan-Nya untuk menghancurkan semua pemberontakan melawan kedaulatan-Nya. (Kejadian 3:15) Apakah Allah membutuhkan bala tentara untuk itu?

Alkitab memberi tahu kita tentang peristiwa-peristiwa sewaktu Allah menggunakan bala tentara-Nya untuk melaksanakan penghakiman-Nya. Misalnya, kerajaan-kerajaan di tanah Kanaan mempraktekkan hubungan seksual dengan binatang, mempersembahkan anak-anak sebagai korban, dan mengobarkan peperangan yang sadis. Allah menetapkan kebinasaan total atas mereka dan menggunakan bala tentara Yosua untuk melaksanakan penghukuman itu. (Ulangan 7:1, 2) Demikian pula, bala tentara Raja Daud melaksanakan penghukuman Allah terhadap orang-orang Filistin, dan ini menjadi contoh bagaimana Allah akan membinasakan semua kejahatan pada hari penghakiman terakhir-Nya.

Peristiwa-peristiwa tersebut mengandung pelajaran. Yehuwa mempertunjukkan bahwa Ia dapat menggunakan bala tentara untuk memberikan keamanan bagi orang-orang. Sebenarnya, Yehuwa mempunyai bala tentara unik yang akan menangani pemberontakan dalam skala universal terhadap pemerintahan-Nya.

”Yehuwa
yang Berbala Tentara”

Alkitab mengunakan pernyataan ”Yehuwa yang berbala tentara” lebih dari 250 kali. Pernyataan ini pada umumnya mengacu pada kedudukan Allah sebagai komandan sepasukan besar malaikat. Pada satu peristiwa, nabi Mikha, memberi tahu Raja Ahab dan Raja Yosafat, ”Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas takhta-Nya dan segenap tentara sorga berdiri di dekat-Nya, di sebelah kanan-Nya dan di sebelah kiri-Nya.” (1 Raja 22:19) Bala tentara malaikat dirujuk di sini. Yehuwa menggunakan bala tentara ini untuk melindungi umat-Nya. Ketika kota Dotan dikepung, hamba Elisa kehilangan harapan. Akan tetapi, untuk meyakinkan dia, Allah memberinya penglihatan mukjizat tentang bala tentara-Nya yang terdiri dari makhluk-makhluk roh. ”TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi.”—2 Raja 6:15-17.

Apakah peristiwa-peristiwa itu mengartikan bahwa Allah mendukung angkatan-angkatan bersenjata dewasa ini? Angkatan bersenjata beberapa negara Susunan Kristen mungkin mengaku sebagai bala tentara Allah. Banyak dari antaranya meminta para pemimpin agama untuk memberkati mereka. Tetapi, bala tentara Susunan Kristen ini sering kali saling berperang, melawan rekan-rekan seimannya. Kedua perang dunia pada abad ini dimulai antara bala tentara yang mengaku Kristen. Ini tidak mungkin pekerjaan Allah. (1 Yohanes 4:20) Meskipun kekuatan-kekuatan militer itu mungkin mengaku bahwa mereka memperjuangkan perdamaian, apakah Yesus menginstruksikan para pengikutnya untuk mengorganisasi bala tentara seperti itu untuk mencegah gangguan perdamaian di dunia?

Ada pelanggaran perdamaian yang serius ketika suatu gerombolan bersenjata mengulurkan tangan terhadap Yesus di sebuah taman ketika ia sedang berdoa bersama murid-muridnya. Salah seorang murid Yesus menetak telinga salah seorang anggota gerombolan itu dengan sebilah pedang. Yesus menggunakan kesempatan ini untuk menjelaskan sebuah prinsip penting. Ia berkata, ”Kembalikan pedangmu ke tempatnya, karena semua orang yang mengangkat pedang akan binasa oleh pedang. Atau apakah engkau pikir bahwa aku tidak dapat memohon kepada Bapakku untuk menyediakan bagiku pada saat ini lebih dari dua belas legiun malaikat?” Yesus mengepalai sepasukan besar bala tentara, tetapi Petrus bukan salah seorang prajuritnya, demikian pula manusia-manusia lain mana pun. Sebaliknya, Petrus dan para pengikut Yesus lainnya disebut sebagai ”penjala manusia”. (Matius 4:19; 26:47-53) Beberapa jam kemudian, Yesus menjelaskan situasinya kepada Pilatus. Ia mengatakan, ”Kerajaanku bukan bagian dari dunia ini. Jika kerajaanku bagian dari dunia ini, pelayan-pelayanku pasti sudah akan berjuang agar aku tidak diserahkan kepada orang-orang Yahudi. Tetapi, sesungguhnya, kerajaanku bukan dari sumber ini.” (Yohanes 18:36) Tidak seperti kerajaan Daud yang didirikan di atas bumi, Kerajaan yang telah Allah berikan kepada Yesus berada di surga dan akan mendatangkan perdamaian ke bumi.

Allah
yang Berbala Tentara Akan Maju Berperang

Bala tentara Allah akan segera bertindak. Dalam menggambarkan pertempuran yang akan terjadi, Penyingkapan menyebut Yesus sebagai ”Firman Allah”. Kita membaca, ”Bala tentara yang ada di surga mengikutinya dengan kuda-kuda putih, dan mereka mengenakan linen halus yang putih, bersih. Dan dari mulutnya keluar pedang panjang yang tajam, agar dengannya dia memukul bangsa-bangsa.” Alkitab mengatakan bahwa hasil akhir pertempuran ini adalah dibinasakannya ”raja-raja di bumi dan bala tentara mereka”. Sedangkan bagi mereka yang gagal memperlihatkan keloyalan kepada Allah, nubuat itu menambahkan, ”Yang selebihnya dimatikan dengan pedang panjang dari pribadi yang duduk di atas kuda.” Bahkan Setan si Iblis akan disingkirkan. Sesungguhnya, ini memungkinkan adanya suatu dunia yang damai tanpa perlu bala tentara.—Penyingkapan 19:11-21; 20:1-3.

Bayangkan
Suatu Dunia tanpa Perang

Dapatkah saudara membayangkan suatu dunia yang begitu aman sehingga bala tentara tidak diperlukan? Mazmur Alkitab mengatakan, ”Pergilah, pandanglah pekerjaan TUHAN, yang mengadakan pemusnahan di bumi, yang menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi.”—Mazmur 46:9, 10.

Alangkah leganya! Bayangkan prospek sewaktu umat manusia akhirnya terbebas dari pungutan yang memberatkan guna membiayai angkatan bersenjata berikut perlengkapannya! Orang-orang akan dapat menyalurkan tenaga mereka untuk memperbaiki kondisi hidup semua orang, termasuk membersihkan bumi dan menanaminya kembali. Akan ada kesempatan baru untuk menemukan sesuatu yang akan berguna bagi umat manusia.

Janji berikut ini akan digenapi dalam skala seluas dunia, ”Tidak akan ada lagi kabar tentang perbuatan kekerasan di negerimu, tentang kebinasaan atau keruntuhan di daerahmu.” (Yesaya 60:18) Tidak akan ada lagi jutaan pengungsi yang putus harapan yang datang berbondong-bondong dari daerah perang, dipaksa meninggalkan rumah dan harta benda untuk tinggal di kamp-kamp yang memprihatinkan. Tidak akan ada lagi orang yang meratapi orang-orang yang dikasihi yang tewas atau cacat akibat konflik antarbangsa. Raja surgawi Yehuwa akan mewujudkan perdamaian dunia yang permanen. ”Keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera berlimpah, sampai tidak ada lagi bulan! Ia akan menebus nyawa mereka dari penindasan dan kekerasan.”—Mazmur 72:7, 14.

Yang lebih menyenangkan lagi adalah untuk hidup di antara orang-orang yang telah belajar meniru jalan-jalan kasih Allah, bukannya belajar membenci. Firman Allah bernubuat, ”Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya.” Seperti apa rasanya tinggal di antara orang-orang yang mengenal dan mengasihi Yehuwa? Buku yang sama bernubuat, ”Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya. Bangsaku akan diam di tempat yang damai, di tempat tinggal yang tenteram di tempat peristirahatan yang aman.”—Yesaya 11:9; 32:17, 18.

Orang-orang yang imannya dibubuh di atas pengetahuan Alkitab memahami bahwa bala tentara Allah siap untuk membersihkan bumi dari semua musuh perdamaian. Pengetahuan ini memberi mereka keyakinan untuk melakukan apa yang Alkitab katakan ”akan terjadi pada hari-hari yang terakhir”. Hal itu adalah, ”Mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang.”—Yesaya 2:2-4.

Orang-orang dari banyak bangsa yang telah menjadi Saksi-Saksi Yehuwa sama sekali tidak ’belajar perang’ lagi. Mereka telah menaruh keyakinan akan perlindungan bala tentara Allah. Dengan mempelajari Alkitab bersama mereka, saudara pun dapat membangun keyakinan demikian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar